Pembuka

Paradoks Toleransi~ Toleransi merupakan hal yang wajib dimiliki setiap individu agar bisa hidup berdampingan dengan individu maupun kelompok lain. Namun di Indonesia akhir-akhir ini terjadi krisis toleransi. Terbukti dengan banyaknya kasus intoleran entah itu pelecehan agama, maupun penghinaan terhadap suku dan ras lain. Miris memang namun inilah kenyataan yang sedang kita hadapi sekarang.

Ngomong-ngomong tentang Toleransi, kalian tau ga sih definisi dari toleransi? Apakah hanya menghargai suku, ras, dan agama? Itu benar, tapi Toleransi memiliki makna yang lebih dalam lagi. Menurut KBBI Toleransi memiliki makna menghargai perbedaan orang lain dengan diri kita. Se simple itu dan sedalam itu maknanya. Membiarkan orang lain melakukan apa yang mereka mau itu adalah toleransi yang sebenarnya. Tinggal nanti konteksnya dalam hal apa.

Pembahasan Paradoks Toleransi

Sebelum masuk ke pembahasan tentang paradoks toleransi, alangkah baiknya kita paham dulu apa itu paradoks. Menurut Wikipedia Paradoks adalah sebuah teori atau pendapat yang seolah-olah bertentangan dengan asumsi umum, namun sebenarnya mengandung kebenaran. Singkatnya paradoks adalah sudut pandang berbeda dari suatu peristiwa.

Menurut Karl Popper seorang filsuf asal Inggris menyatakan dalam bukunya yang berjudul “Open Society and Its Enemy” bahwa Toleransi itu ada batasannya. Seorang yang Toleransi seharusnya menjadi intoleran kepada orang/kelompok yang intoleran. Berbeda dengan pendapat orang-orang yang malah menyatakan sebaliknya dimana orang toleran seharusnya bisa menolerir orang intoleran. Disini terjadi paradoks saat teori yang dikemukakan oleh Karl Popper bertentangan dengan asumsi orang-orang pada saat itu.

Namun hal tersebut kurang tepat lantaran jika terus menolerir kaum intoleran maka kaum toleran akan tergerus dengan para kaum intoleran, maka dari itu perlu ada batas dalam toleransi. Kita harus tau mana orang yang perlu kita tolerir dan mana yang tidak.

Kembali pada buku yang ditulis Karl Popper, Ia menjelaskan bagaimana Hitl*r dan NAZ* bisa menguasai Jerman karena diberi panggung oleh warga Jerman untuk berbicara. Pada akhirnya masyarakat Jerman Menyesal pernah memberi panggung pada Hitl*r dan NAZ*.

Kaum Intoleran yang awalnya diberikan panggung untuk berbicara, terus tumbuh secara cepat dengan menyebarkan paham intoleran pada masyarakat yang awalnya toleran. Di Indonesia sendiri juga sudah banyak terjadi. BIsa dilihat dari masyarakat yang cenderung intoleran dan radikal semakin sering diberi panggung untuk berbicara.

Dikasih Hati malah ambil Jantung

Jika kita menilik lebih jauh tentang kasus di Indonesia, kita bisa mengambil contoh saat pembubaran HTI pada tahun 2017 yang dimana ormas tersebut sudah jelas bertentangan dengan UUD dan Pancasila. Namun banyak forum-forum yang mempertanyakan kebebasan suatu golongan untuk memilih ideologinya masing-masing. Negara dianggap otoriter dan tidak bisa memberikan kebebasan pada masyarakat.

Terdapat anggapan bagaimana sebuah masyarakat dikatakan toleran jika mereka tidak memberi panggung pada orang lain untuk berpendapat. Yang seharusnya menjadi perhatian kita adalah bagaimana kita mengklasifikasikan kaum intoleran itu sendiri. Mereka yang ekstrimis dan fanatik terhadap suatu hal sehingga menganggap tidak ada yang benar selain dirinya menurut mimin adalah salah satu contoh kaum intoleran dan mungkin bisa merusak kesatuan NKRI kita tercinta.

Belajar dari warga Jerman yang menyesal telah memberikan Hitl*r panggung sehingga Ia bisa menguasai Jerman. Toleransi adalah hal yang baik dan wajib bagi setiap orang. Namun juga ada batasnya. Selama mereka tidak merugikan kita ya sudah biarkan saja. Toleransi adalah kunci persatuan Negara. Namun jangan sampai persatuan hancur karena orang-orang intoleran itu sendiri.

Penutup

Mengutip dari tulisan Karl Popper \”Toleransi tanpa batas hanya akan mengarah pada lenyapnya toleransi itu sendiri\”. Jika sebuah penyimpangan dibiarkan dengan dalih toleransi maka hal tersebut akan terasa seperti benar dan toleransi akan memudar dengan sendirinya.

Toleransi harus ada batasan, toleransi adalah sebuah kebebasan yang mana kebebasan itu dibatasi oleh kebebasan orang lain. Menghargai orang itu seharusnya menjadi common sense yang diterapkan seluruh umat manusia.

Okee sekian dulu artikel dari Mimin, Semoga selalu diberikan kesehatan dan terus semangat belajar. Sampai jumpa di artikel selanjutnya.

2 thoughts on “Paradoks Toleransi dan fenomena kaum Intoleran?”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *